Sunday, May 15, 2011

Mending Jatuh Telungkup daripada Jatuh Berguling-guling


Insiden ini terjadi pada Friday 13 ini. Honestly, saya tidak mempercayai yang kayak begituan. Semua waktu yang kita lalui selama masih hidup selalu baik adanya, hanya saja itu tergantung bagaimana manusia menjalankan hari-harinya.
Berawal dari selesainya mengerjakan Test mengubah Indirect Sentence menjadi Direct Sentence. Kebirit-birit lah saya ke bawah. Pukul 11 pada hari itu, kami, Viva Recis(nama koor SMA gw) kudu gladi resik di Kathedral. Lusa nanti kami akan mengiringi Misa Panggilan. Nyari di tempat berkumpul kok batang hidung mereka gak nampak. Begh! Ternyata mereka sudah cabut ke Kathedral. Sayapun bertemu dengan 2 anggota yang baru saja turun. Berangkat barenglah kami.
Baru menjejakkan kaki di luar gerbang sekolah, ada temen kelas 12 menawarkan tebengan(dia juga anggota Viva Recis). Aku yang nerima,nih. Jadilah saya menebeng Mionya dengan posisi duduk nyamping( berhubung karena saya sedang pakai rok). Terus terang model pijekan Mio kurang nyaman karena nyatu dgn yg pijekan depan. Mau duduk ngangkak ato nyamping gak nyaman sama sekali. karena tujuannya dekat yo wiss,lhaaa...cuma bentar ieu..
Berlanjutlah saya dengan posisi nyamping. Bawa ransel, bawa tas jinjing. Ini dia,nih insidennya. Jadi, gini. Ketika tengah melewati Hotel Mirah yang ada di pojok jalan Gedung Sawah, motor tergujlak-gujlak(bahasa apa coba) karena konbloknya gak rata. Walhasil, saya merosot total. Segera saya ambil tindakan agar gak jatuh langsung hingga mencederai kepala saya.
“Eh, Bert, bentar!”(mestinya saya bilang "Bert, stop dulu, posisi gw gak nyaman" ato " Bert, bentar, saya mau loncat dari motor.")
Setelah berkata begitu, saya loncat. Bermaksud mendarat bak adegan film aksi(enggak,ding. Mendarat bak pengamen ketika meloncat dari angkot yang lagi jalan). Beuh, gak taunya, kaki saya tidak siap menerima tekanan dan kecepatan(lambat) dari motor yang temen saya kendarai. Maka...Gedubrak(saya masih sempet berkata WADUH!)sroookkk!!! Saya jatuh telengkup-ngegasruk secara bertahap. Kulit paha kaki kanan dulu yang kegesek. Tangan dan lengan kanan menggesek aspal. Terakhir, kacamata saya terlontar. Aduh, padahal mendaratnya dengan kaki yang benar, kaki kiri. Tapi, tetep aja jatuh. Masih untung kepala gak membentur.
Di depan Hotel Mirah itu,yang diplototi Satpam dan temen saya yang memboncengi saya sendiri, saya memerlukan beberapa detik untuk kembali bangkit. Itupun disadarkan bahwa rok saya sendiri kesibak. Saya segera bangkit seperti gak ada kejadian apa-apa. Padahal saya sendiri masih agak sedikit pusing. Temen saya yang masih menghentikan mionya sepertinya pengen ketawa. Terus terang, ini memang peristiwa konyol saya dan saya sendiri rasanya mau ngakak akan ketololan saya sendiri. Saya menyadari bahwa pangkal telapak tangan kanan,siku kanan dan sepanjang lutut hingga 10 di bawah pangkal paha saya mengalami luka gesek. Siku kanan saya yang paling parah karena luka gesek tersebut mengeluarkan darah sampe terlihat orang. Sementara itu, di kaki kiri saya gak luka sama sekali. Membuktikan bahwa saya mendarat dengan kaki kiri duluan ketika beradegan seperti film aksi.
“ Kocak,dah!” hanya itu yang dilontarkan kepada saya.

Sampai di Kathedral, saya bertemu organis dan menanyai tempat P3K terdekat. Sigh, mau gak mau saya kudu ke Klinik sebelah Kathedral. Dibersihin dengan hidrogen dan Oksida dan membubuhkan obat semacam betadine yang perihnya bikin anak berumur 3 tahun mau kabur dari tempat pemeriksaan.
Kemudian, dokter menganjurkan untuk membeli obat penghilang rasa sakit dan kemungkinan bakal demam. Saya merasa itu lebay karena dulu saya dapat luka yang jauh lebih parah dari ini. Ini,kan cuma jatuh nge-gasruk. Gak seberapa daripada orang yang jatuh dari motor terus kepalanya kebentur hingga bersimbah darah. Dokterpun angkat tangan dan memberi paybill. 30 ribuku melayang dalam sehari akibat kekonyolan sendiri. Untung aja urat malu saya sudah putus terhadap kejadian yang seperti itu (ato emang tolol tingkat akut)

No comments: